http://www.esquire.co.id/gallery/teaser/342251a3473761ef3e7a1673a80e86ca.jpg |
Tren tidak hanya berkutat pada fashion keluaran terbaru, tapi juga
dalam hal memelihara binatang. Jika sebelumnya perhatian para pencinta
satwa mengarah pada anjing jenis tertentu, kucing trah tertentu, atau
ikan spesies tertentu, kini tren hewan peliharaan tertuju pada sugar glider. Mungkin belum banyak yang mengenal hewan asli asal Indonesia ini. Sugar glider atau yang dikenal juga dengan possum layang, termasuk dalam jenis mamalia berkantong alias marsupial. Ia satu keluarga besar dengan kanguru. Sugar glider ini
tergolong hewan nokturnal (aktif pada malam hari). Ia mendapatkan
namanya dari kegemarannya akan makanan-makanan yang manis, seperti gula
dan madu, Hewan ini juga mempunyai selaput seperti sayap dinamakan patagium yang digunakan mereka untuk meluncur/melayang (gliding).
Meski demikian, ia bukan bajing loncat. Lucunya (atau ironisnya),
meski hewan asli Indonesia, ia belum punya nama lokal. Anda punya calon
nama?
Hewan kecil dan lucu yang bisa melayang ini ternyata mampu menarik
perhatian banyak pencinta hewan. Apalagi ketika selebriti sekelas Paris
Hilton berpose bersama hewan asal Papua ini, yang membuat popularitasnya
kian bertambah. Berawal dari ketertarikan inilah, para pemillik sugar glider mulai
berbagi pengalaman dalam satu forum di Kaskus. Pada periode 2010 -
2011, mereka aktif bertukar informasi, dan mulai berkomitmen
melestarikan binatang mungil tersebut. Hingga akhirnya pada tanggal 3
April 2011, Komunitas Pecinta Sugar Glider Indonesia (KPSGI) resmi
dibentuk sebagai media untuk sharing pengalaman, dan komitmen melestarikan sugar glider.
“Kami sharing dengan yang lain hanya melalui tulisan pada saat itu sampai pada akhirnya memutuskan untuk membuat wadah yaitu komunitas sugar glider. Maka dibentuklah KPSGI sebagai komunitas pencinta sugarglider pertama di Indonesia,” ungkap Reza, salah satu anggota KPSGI kepada Esquire. Tidak hanya bertukar informasi dan diskusi mengenai sugarglider, KPSGI juga kerap mengadakan bakti sosial, dan terakhir, gathering nasional
bekerja sama dengan Taman Safari Indonesia. Kepedulian akan hewan
mungil ini ditunjukkan dengan menyumbangkan beberapa ekor joey (bayi sugar glider;
istilah yang sama dipakai untuk menyebut anakan kanguru) dalam upaya
melestarikan hewan yang hidup berkoloni itu. Namun sangat disayangkan,
popularitas hewan yang gemar makan manis ini justru membuat penangkapan
liar marak terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Reza, “Perkembangan
pencinta sugarglider sendiri terus naik ya apalagi
dengan sering tereksposenya hewan ini di televisi, namun agak
disayangkan penangkapan liar terhadap hewan ini pun ikut naik. Jadi,
diharapkan melalui komunitas ini kita bisa lebih peduli dengan tidak
membeli sugar glider liar dari pasar hewan karena biasanya hasil tangkapan liar dan tentu saja kondisi kesehatan yang memprihatinkan,” tambahnya.
Jika Anda berniat memelihara sugar glider, kesabaran adalah
kunci utamanya. Anda juga harus rajin berinteraksi agar ia mengenal Anda
dan akhirnya jinak. Maklum, hewan ini sebenarnya tergolong liar di
alam. Reza juga menambahkan, “Stop membeli dari pasar hewan karena
biasanya sugar gliderdijual itu liar dan kondisi fisik yang
sangat memprihatinkan, selain itu ada baiknya kita mencari informasi
tentang hewan ini terlebih dahulu sebelum mengadopsi sugarglider.”
Karena mungil (antara 12-15cm) dan mudah jinak, orang kerap membawanya
ke mana-mana. Ada yang membawanya di dalam tas, di dalam cangkir kopi,
atau di pundak. Yang pasti, hewan tetaplah hewan yang mempunyai hak
untuk hidup layak. Nah, bagaimana menjadi “orangtua asuh” yang
baik? Pertama-tama, kita harus ingat hewan ini nokturnal. Aktif di malam
hari. Mengajaknya bermain di terang hari, apalagi di bawah terik
matahari, dapat membuatnya berisiko pusing akibat terlalu silau. Kita
dapat sering mengajaknya bermain dan memberinya makan dengan tangan agar
ia mengenal kita (proses ini disebut bonding) dan Anda
mengenali perangainya. Soal teknis lainnya seperti tempat tinggal,
makanan, dan minuman, Anda dapat menghubungi KPSGI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar